Merdeka.com - Dari 82 kota yang dipantau, hampir seluruh kota mengalami
lonjakan inflasi atau kenaikan harga barang, baik pokok, sandang sampai
tersier. Sehingga, pada bulan Mei terjadi lonjakan inflasi sampai 0,16 persen
dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 111,53. Hanya 15 kota mengalami
deflasi.
Kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks beberapa
kelompok pengeluaran, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,35
persen, perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,23 persen, sandang 0,12
persen, kesehatan 0,41 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga
0,07 persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,21 persen.
Kenaikan inflasi disinyalir karena kesengajaan. Para
pengusaha telah menaikkan harga, dengan alasan adanya rencana kenaikan tarif
listrik yang diberlakukan pada bulan awal Mei. Otomatis, sebelum Mei, pengusaha
sudah mematok harga yang lebih tinggi.
Tarif listrik bagi pelanggan bisnis menengah (B2) naik 13,09 persen dari Rp 1.352 per kilowatt hour menjadi Rp 1.529 per kWh. Tarif untuk pelanggan bisnis besar (B3) naik 3,2 persen dari Rp 1.117 per kWh menjadi Rp 1.153 per kWh. Selain itu, tarif listrik akan berubah setiap bulan mengikuti fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, inflasi, dan harga minyak mentah Indonesia.
Tarif listrik bagi pelanggan bisnis menengah (B2) naik 13,09 persen dari Rp 1.352 per kilowatt hour menjadi Rp 1.529 per kWh. Tarif untuk pelanggan bisnis besar (B3) naik 3,2 persen dari Rp 1.117 per kWh menjadi Rp 1.153 per kWh. Selain itu, tarif listrik akan berubah setiap bulan mengikuti fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, inflasi, dan harga minyak mentah Indonesia.
"Kenaikan harga dibebankan merata ke konsumen. Harga
produk macam-macam naik, alasannya listrik itu," kata Deputi Bidang
Statistik Barang dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo, di Jakarta, Senin (2/6).
Dia mengatakan setelah kenaikan harga akibat tarif listrik
yang naik, pada bulan Juni ini, masyarakatpun harus menanggung beban lebih
tinggi, karena mulai memasuki bulan puasa."Inflasi akan masih nampak di
Indonesia hingga dua bulan mendatang," katanya.
Kamar Dagang Indonesia ogah disalahkan dengan naiknya kebutuhan pokok pada Mei kemarin. "Saya kira, bukan ulah pengusaha. Pemerintah tidak bisa meredam harga yang tinggi," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Natsir Mansyur pada merdeka.com.
Dia mengatakan pemerintah tidak bisa menekan biaya produksi industri serendah mungkin dengan menyediakan suku bunga murah, biaya listrik murah, distribusi murah. "Harga itu naik, ulah pemerintah secara otomatis berdampak harga jual. Pengusaha ya, alami pasti dinaikan dan akhirnya berdampak pada nilai inflasi, yang tinggi," ujarnya.
Natsir mengatakan pemerintah harusnya belajar dari pengalaman. Selama hampir 15 tahun ini, tidak ada kebijakan yang bisa menurunkan biaya tinggi ekonomi Indonesia. "Manajemen pangan harus dilakukan. Produksi, distribusi, jangan kebijakan dadakan dan spekulatif sehingga harga tinggi," ujarnya.
Kamar Dagang Indonesia ogah disalahkan dengan naiknya kebutuhan pokok pada Mei kemarin. "Saya kira, bukan ulah pengusaha. Pemerintah tidak bisa meredam harga yang tinggi," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Natsir Mansyur pada merdeka.com.
Dia mengatakan pemerintah tidak bisa menekan biaya produksi industri serendah mungkin dengan menyediakan suku bunga murah, biaya listrik murah, distribusi murah. "Harga itu naik, ulah pemerintah secara otomatis berdampak harga jual. Pengusaha ya, alami pasti dinaikan dan akhirnya berdampak pada nilai inflasi, yang tinggi," ujarnya.
Natsir mengatakan pemerintah harusnya belajar dari pengalaman. Selama hampir 15 tahun ini, tidak ada kebijakan yang bisa menurunkan biaya tinggi ekonomi Indonesia. "Manajemen pangan harus dilakukan. Produksi, distribusi, jangan kebijakan dadakan dan spekulatif sehingga harga tinggi," ujarnya.
Opini:
Jika ingin menaikan harga barang-barang menurut saya
seharusnya menaikan juga pendapatan masyarakat sehingga mereka cukup untun
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika tidak menaikan pendapatan masyarakat dan
harga barang-barang tetap naik maka kemiskinan merajalela.
Sumber:
http://www.merdeka.com/uang/seenaknya-pengusaha-naikkan-harga-dengan-alasan-tarif-listrik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar